Pages

Subscribe

Monday, November 8, 2010

Surat Terbuka untuk Sultan Yogyakarta dan Pejabat Pusat serta Daerah BAG.1

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Saya ikut prihatin atas musibah meletusnya Gunung Merapi yang mengeluarkan awan panasnya mengakibatkan tewasnya 37 orang, 300an sapi, dan korban luka bakar 3 orang. Penduduk yang menyingkir ke pengungsian di Sleman mencapai 18.929 orang. Di Magelang ada 25.354 orang pengungsi, di Klaten 3.500 orang, dan di Boyolali 3.970 orang, menurut detikNews, Ahad, 31/10/2010 11:22 WIB.

Sepulang dari pengungsian nanti, tempat tinggal, kendaraan, hewan piaraan, pohonan dan tanaman yang mereka miliki pun telah musnah.

Meletusnya Gunung Merapi Selasa sore 26 Oktober 2010 / 18 Dzulqa’idah 1431H saat jamaah haji dari Indonesia tengah diberangkatkan ke Makkah ini beriringan pula dengan musibah tsunami di Mentawai Sumatera Barat. Bahkan korbannya lebih banyak lagi: Data dari BPBD Sumbar pukul 10.00 WIB, korban tsunami Mentawai yang meninggal 449 orang. Sementara jumlah korban hilang di Mentawai ada 96 orang, luka berat 270 orang, dan luka ringan 142 orang. Adapun jumlah orang yang mengungsi mencapai 14.983 jiwa. (detikNews. Ahad, 31/10/2010 11:22 WIB).

Perlu diingat, menurut satu sumber, pada 1930-1931, Merapi meletus dengan tipe Plinian, menghasilkan aliran lava, piroklastika, dan lahar hujan, juga awan panas. Korbannya mencapai 1.369 orang. Hujan abu sangat meluas saat itu, hingga orang tua-tua yang jauh dari Merapi (tempat saya 70-an kilometer ke arah timur) kalau mengingat peristiwa masa lalu maka ukurannya zaman “udan awu” (hujan abu).

Pada tahun 1994 tepatnya 22 November 1994, penduduk Turgo tertimpa musibah letusan Gunung Merapi yang mengeluarkan awan panas menewaskan 69 orang, serta sembilan orang lainnya cacat seumurhidup karena luka bakar.

Saat itu, saya Alhamdulillah berkesempatan mengikuti Menteri Agama Tarmizi Taher untuk mengunjungi para pengungsi puluhan kepala keluarga (KK) dari Turgo dan 68 KK (234orang) dari Kaliurang Barat dan Timur di tempat pengungsian,di Pakembinangun dan Kaliurang. Kemudian membezuk sejumlah korban yang luka bakar di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta.

Astaghfirullah, begitu memelasnya, mereka terbakar, melepuh sekujur tubuhnya, berwarna coklat, dan muka mereka sangat mengerikan dipandangnya. Maaf, baunya sangat anyir.

Ketika dokter saya tanya, dia menjawab bahwa korban ini yang masih tersisa, yang lainnya sudah meninggal.

Bagaimana, apakah mereka masih bisa sembuh?

Sebagian mungkin bisa. Tetapi yang sudah parah terbakarnya, seandainya masih hidup, maka akan menderita seumur hidup.

Lho, kenapa?

Karena ketika sembuh, kemungkinan kulitnya tidak berfori-fori, jadi sangat menderita, karena uap panas dari dalam badan tidak dapat keluar. Itu akan sangat tersiksa seumur hidup.

Subhanallah! Berarti ketika normal, sebenarnya fori-fori pemberian Allah Ta’ala ini sangat besar manfaatnya.

Ternyata belakangan saya baca di sebuah situs, ada 9 korban luka bakar pada musibah awan panas tahun 1994 itu yang kemudian sembuh, hanya saja cacat seumur hidup.

Dalam musibah meletusnya Gunung Merapi Oktober 2010 kini ada yang menjadikan perasaan trenyuh (trenyuh Jawa, terharu bercampur sedih). Ketika merapi meletus, dan tsunami menerjang Mentawai, tahu-tahu para pengungsi Palestina di Gaza dan Suriah akibat keganasan penjajah Israel, justru mereka menyumbang untuk korban tsunami dan Merapi.

Biarpun hidup di bawah penjajahan dan teror Israel, para pengungsi Palestina di Suriah danGaza masih sempat mengirimkan bantuan dana untuk saudara-saudaranya korban Tsunami di Mentawai dan korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.

Ziad asal Gaza yang juga Direktur Al-Sarraa Foundation mengatakan, sumbangan itu hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah.

Bantuan untuk korban Tsunami di Mentawai sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), sedangkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi juga sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Amirrul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al-Aqsha. (lihat sahabatalaqsha.com).

Kenapa para ulama dan masyarakat pengungsi Palestina rela menyumbang? Padahal mereka sendiri dalam penderitaan? Itu tak lain karena merasakan sependeritaan sebagai sesama Muslim. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntun umatnya, dalam hadits diriwayatkan:

Dari 'Amir dia berkata; saya mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Al-Bukhari, Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Bagimana tidak trenyuh, ketika orang-orang yang mengungsi akibat ditindas penjajah kejam Israel, mereka terketuk hatinya untuk menyumbang kepada korban tsunami dan letusan Merapi. Itu panggilan iman, untuk membantu sesama Muslim.

Dalam kaitan ini, kepercayaan masyarakat Muslim dunia, jangan sampai kita sia-siakan. Perhatian mereka merupakan benarnya firman Allah Ta’ala dan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya digambarkan bagaikan satu tubuh. Itu karena diikat oleh aqidah, keyakinan dalam hati. Dan itu, terketuknya hati, itu adalah karena digerakkan oleh Allah Ta’ala.

Hubungan mesra itupun insya Allah akan dirasakan sampai di akherat kelak, dengan syarat mengikuti apa yang telah diatur oleh Allah Ta’ala. Dalam hal keyakinan, hendaknya mengimani Allah Ta’ala, menyembah hanya kepada Allah, dan mesti mengingkari thaghut.

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah-Nya [1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. (QS. Az-Zumar [39] : 17).

[1310]. Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t.

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl [16] : 36).

[526]. Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.

Bagimanapun, yang mampu menyelamatkan manusia, ataupun yang memberi musibah dan menghilangkannya, itu hanyalah Allah.

sumber : www.eramuslim.com

http://www.eramuslim.com/suara-kita/...rta-daerah.htm

0 comments:

Post a Comment